Kamis, 03 April 2014

The 1st G: Teikou Middle School’s Eventful Afterschool (Indonesian Translation) Part 6

Bagian 6

Momoi dan Kuroko pulang ke rumah bersama-sama sambil melihat hasil foto yang mereka ambil.

Mereka berpisah dari yang lain di arcade, karena arah mereka berbeda.

Aomine yang pertama kali mengatakan: "Karena aku telah selesai menyalin, saya akan pulang dulu." Midorima menambahkan : "Saya juga akan pulang ke rumah untuk melakukan pemeriksaan (catatan yang dia salin). Murasakibara pun berkata: "Baiklah kalau begitu, bye bye~" dan pergi. Hanya Kise yang berkata: "Disana ada wanita lain yang mengajak saya untuk berfoto bersama dia..." dan tetap di arcade. Kemudian,
mereka pulang dengan sendirinya.


Untuk Momoi, waktu yang di tunggu-tunggu telah datang.

Namun, untuk kebanyakan orang, setelah mereka dalam waktu seperti ini, mereka tidak tau harus berkata apa. Momoi pun berada di posisi itu.

Dia merasa dia seharusnya yang berbicara dahulu tentang topik yang tidak penting, tapi dia tidak dapat ide apapun.

Sementara dia mencari ide-ide untuk topik pembicaraan, rumah Kuroko semakin dekat. Kalau ini terus berlanjut, mereka berdua akan melewati perjalanan bersama dalam keheningan.

Sangat jarang untuk dapat pulang bersama dia. Ini akan menjadi perjalanan yang sia-sia jika di akhiri dengan kata selamat tinggal.

Ngomong-ngomong, kenapa Akashi-Kun ingin saya pulang bersama dengan Tetsu-kun?

Momoi tidak mengerti.

Ketika Murasakibara menitipkan pesan kepadanya, karena dia terlalu terkejut, dia tidak dapat berpikir dengan jernih. Walaupun Akashi bisa melihatnya, Akashi tidak seharusnya dengan sengaja merencanakan pulang bersama dengan Kuroko untuk kepentingan Momoi.

Dan lagi, kenapa dia menekankan kalimat terakhir: "Jangan biarkan Kuroko berkeliaran."

Momoi mengotak ngatik otaknya sambil berjalan. Kemudian, dia tiba-tiba berhenti.

Dia melihat ke arah kanan, ke kiri, dan kekanannya lagi. Tidak ada kesalahan.

"... Tetsu-kun menghilang!"

Dia tidak menyadarinya bahwa dari tadi dia sendirian. Momoi berhendak untuk kembali mencarinya.

Dia tidak dapat mengerti pemikiran Akashi. Tetapi, karena dia telah meminta agar Momoi pulang bersama dengan Kuroko, maka itu pasti ada masalah. Oleh karena itu, untuk hari ini, dia seharusnya tidak membiarkan Kuroko menghilang.

Dimana dia pergi? Momoi lari sambil berpikir dimana seharusnya Kuroko berada. Tiba-tiba, dia tahu dimana seharusnya Kuroko berada.

Momoi lari ke tujuan tanpa ragu-ragu.

Momoi sampai di taman, tidak jauh dari tempat dimana dia sadar bahwa Kurko menghilang. Disini adalah tempat dimana banyak alat-alat untuk fitness dan area beristirahat.

Matahari mulai terbenam. Momoi lari sambil mencari tanda-tanda adanya Kuroko, tanpa mengetahui apa-apa. Akhirnya, dia menemukannya.

"Tetsu-kun!"

"Eh? Momoi-san?"

Mendengar namanya di panggil, Kuroko berputar dan melihat Momoi yang lari kearahnya dengan terkejut.

"Kamu dapat menemukan tempat ini."

Tidak jelas apakah ia merasa bersalah karena tiba-tiba menghilang, tapi Kuroko malu-malu sambil menggaruk kepalanya.

"Tentu saja! Taman ini punya lapangan basket."

Momoi lari dan berhenti di depan Kuroko dan mengambil nafas sedalam-dalamnya.

Ketika dia pertama kali menebak tempat dimana seharusnya Kuroko berada, pertama-tama dia mencari tempat yang di mana ada berkaitan dengan bola basket. Sambil mengikuti jalur pikirannya, maka kemungkinan hanya taman ini yang mempunyai lapangan basket.

"Benar-benar, kamu membuat saya takut ketika kamu tiba-tiba menghilang."

Mendengar suara Momoi yang sedikit khawatir, Kuroko segera membungkuk dan meminta maaf : "Maaf."

"Karena saya berpikir jika saya memberitahumu bahwa saya ingin ke sini, kamu pasti akan membantahnya."

"Jika kamu tidak memberikan alasan yang tepat, maka saya pasti akan membantahnya."

Walaupun dia dapat menebak tujuan Kuroko datang kesini, tetapi Momoi tetap menanyakannya.

"Itu karena..."

Kuroko menutup matanya, sambil berpikir apakah harus dikatakan atau tidak. Kemudian, dia berbalik dan melihat ke arah lapangan basket yang 10 meter jauhnya.

Dia kembali berputar menghadap Momoi, dan berpikir bahwa dia harus meminta persetujuan Momoi.

"Saya ingin bermain basket sebentar..."

"Tidak!"

Dia tidak di izini mentah-mentah.

"Apapun alasanya, saya tidak boleh?"

"Tidak boleh!"

Momoi meletakkan tangannya di pinggannya, dan menolak permintannya sekali lagi.

"Tetsu-kun, kamu sudah tahu pasti mengapa Akashi-kun ingin kamu untuk mengamati di pinggir garis hari ini."

Lengan Kuroko sedikit gemetar atas perkataan Kuroko. Saat ini...

Clink.

Anak-anak telah pulang kerumahnya, dan hanya Momoi dan Kuroko yang masih berada di taman, tetapi disana ada suara besi yang di pukul-pukul.

Dengan refleks, mereka berdua berputar ke arah dimana suara itu berada, dimana yang berasal dari lapangan basket di belakang Kuroko.

Suara itu berasal dari besi yang di pukul di sekitar lapangan basket. Momoi sedikit terkejut, ketika mendengar suara yang tidak asing di lapangan.

"Sayakan sudah bilang kalau kita hanya pinjam untuk bermain."

Suara tersebut datang dari tengah-tengah lapangan.

Suara tersebut memberikan perasaan yang buruk, dan dari cara dia berbicara sangat tidak enak didengar.

Ketika Momoi ragu-ragu, Kuroko telah melangkah menuju ke lapangan.

"Eh, Tetsu-kun!?"

Momoi segera mengikutinya.

Ketika mereka semakin dekat, mereka melihat 5 anak SMA yang bermain-main. Dan juga, 2 orang yang terlihat tidak asing.

Mereka adalah si rambut panjang dan si tindikkan dari arcade tadi.

Namun, bukan hanya merekalah yang terlihat tidak asing. Anak SMP yang kurus itu yang mencoba melawan besi yang di pukul itu, yang di kelilingi oleh mereka, terlihat tidak asing.

"Anak itu..."

Momoi terdiam. Dia berpikir kembali dan kemudian terkejut. Anak itu adalah Murid SMP kelas 1 dari Club basket SMP Teiko. Karena dia berada di string kedua, momoi tidak banyak bicara padanya, tetapi Momoi masih ingat padanya.

Anak itu melihat ke arah Anak SMA itu dengan ketakutan dan memohon:

"Um, t-tolong kembalikan bola itu. Itu sangat penting bagi saya..."

Murid kelas 1 itu mencoba untuk mengambil bolanya kembali dari si rambut panjang itu, tetapi si rambut panjang itu tiba-tiba mengangkat bolanya di atas kepalanya. Sehingga Murid kelas 1 itu tidak dapat mencapainya.

Anak SMA itu pun tertawa.

"Itu sebabnya kita bilang, setelah kita uda capek mainnya, kita bakal kembalikan kepadamu. Kita ini pandai bermain basket dan sudah lama gak bermain, jadi kami hanya ingin bermain beberapa ronde! kamu ngerti?!"

Dengan kata lain, mereka sama sekali tidak bermain basket!!

Momoi menatapi si rambut panjang itu yang memutar bolanya di ujung jarinya. Walaupun Momoi sangant ingin bergegas ke lapangan dan memarahi mereka, tetapi mereka ada 5 orang. Melawan musuh yang kuat, bergegas itu sangatlah berbahaya.

"Tolong jangan seperti itu. Bola itu adalah punyanya."

Ya. Itu betul. Itu apa yang harus di katakan.. Tunggu, eh!? Momoi melihat dengan kebingungan.

Itu sedikit tidak jelas kapan, tetapi kuroko telah berdiri di tengah lapangan.

"Jika kamu ingin bermain basket, maka kamu harus mempersiapkan bolanya sendiri. Tolong kembalikan bola itu padanya."

"T-Tetsu-kun!?"

Setelah meneriaki namanya, Momoi segera menutup mulutnya, tetapi semua sudah terlambat.

".... Kalian berdua yang tadi!"

Si rambut panjang dan si tindikkan itu mengingat mereka berdua.

Si tindikkan itu marah dan meludahkan permen karetnya. Momoi menyadari ekspresi Kuroko yang berubah atas tindakkan mereka. Kelihatannya si tindikkan itu menambahkan minyak di dalam api.

"Ini adalah lapangan basket. Tolong ludahkan permen karetmu di tong sampah."

Mendengar yang di ucapkan Kuroko, anak SMA itu pun tertawa terbahak-bahak.

"Hey, kamu dengar itu? Dia menyuruh kita membuang permen karet di tong sampah! Ini sangat lucu!"

"Kalau dia tidak suka, kenapa dia tidak mengutipnya dan membuangnya? Hn?"

"Apakah kamu juga bermain basket? Dan kamu merasa lapangan ini bukan tempat yang tidak boleh di kotori? Ini membunuhku!"

"Benar-benar sangat pantas untuk di tertawakan!"

Dengan suara gertakan, Momoi juga masuk ke lapangan. Mendengar mereka berkata seperti itu. Kekhawatiran dia akan bahaya langsung di sampingkan.

"Kalau kamu bermain basket, tentu saja kamu akan menjaga lapangannya!"

Anak SMA itu langsung bersiul di hadapan Momoi.

"Oh, benar-benar, kamu sangat manis, kamu tidak terlihat seperti anak SMP loh."

"Saya dengan murid perempuan di SMP Teikou semuanya dapat di lihat, kelihatannya itu benar."

"Kalian berdua meninggalkan gadis secantik ini dan kabur, kalian benar-benar idiot."

Anak SMA itu langsung melupakan Momoi, tetapi mala membuat lelucon terhadap laki-laki itu si rambut panjang dan si tindikkan itu.

Melihat mereka bertingkah seperti biasanya, Momoi, yang mencoba untuk santai, kembali di hantui oleh ketakutan.

"Hey, apakah kamu tidak dengar? Kembalikan bolanya!"

Untuk menghilangkan rasa takut, Momoi menjerit, tetapi 5 laki-laki itu tetap seperti biasanya. Di antara mereka berlima, ada seorang laki-laki yang rambutnya di cat warna coklat berkata sambil tertawa:

"Bagaimana kalau, kita tanding di permainan favorite kita, bola basket. Kalau kalian menang, kami akan mengembalikan bolanya dan pulang. Kalau kita yang menang, bola ini akan menjadi milik kita. Bagaimana? Okay?"

Ketika si rambut coklat itu berkata "Kamu", sambil menunjuk Momoi.

"A-Apa!"

Pipi Momoi memerah karena malu dan marah.

Bagaimanapun, mereka berlima tetap atlet yang berpengalaman. Di sisi mereka, mereka hanya mempunyai pemain pemula, seseorang yang mempunyai kemampuan unik, dan seorang manager. Tanpa mengetahui informasi sedikitpun, terlihat jelas siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah.

Lawan ini telah merencanakannya dengan sengaja untuk bermain dengan tidak sportif. Dan juga, mereka menggunakan Momoi sebagai hadiah.

Momoi ingin membantah, tetapi terlalu marah hingga tidak bisa berbicara. Tetapi pada saat itu, Kuroko berkata:

"Saya mengerti. Mari kita bertanding."

"Tetsu-Kun?!"

Pernyataan yang tak terduga oleh Kuroko membuat Momoi menduga bahwa dia salah mendengar.

Memberhentikan Momoi, yang ingin berbicara, Kuroko melanjutkan:

"Tetapi, jika kami menang, kalian harus meminta maaf pada Momoi-san."

Kuroko mengatakannya dengan sangat jelas dan tegas. Melihat dia seperti itu, Momoi menatapnya dengan mata yang sangat lebar, hingga lupa untuk bernafas. Tetapi saat ini bukan waktu yang cocok untuk mengangguminya. Momoi kembali ke akal sehatnya.

Mengikuti Kuroko dari belakang, yang lari dengan sangat kencang ke salah satu ujung lapangan, Momoi mencoba untuk membujuk:

"Tetsu-kun! Kamu tidak bisa, kamu tidak seharusnya bertanding!"

Setelah sampai di salah satu ujung lapangan, Kuroko melepaskan jaketnya dan berkata:

"Tetapi saya tidak bisa membiarkan mereka berbicara seenaknya."

"Te-tetapi, kamu tidak boleh melakukan ini!"

Kata-kata Kuroko membuat dia sangat senang hingga dia tersendat-tersendat sebentar, tetapi akhirnya Momoi menanyakkan pertanyaan yang sangat menganggunya.

"Saya khawatir dengan lukamu! Tetsu-kun, pergelangan tangan kanan kamu terkilir kan?

Kuroko menegang.

Momoi dengan khawatir melihat ke lengan kanan Kuroko.

"Walaupun kamu menyembunyikannya, itu tidak ada gunanya. Saya menyadarinya dengan sekejap. Pergelangan tangan kananmu masih punya bekas perban. Dan lagi, hari ini ketika kamu mengambil bola, walaupun kamu bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa, tetapi kamu dengan sangat hati-hati untuk tidak menggunakan tenaga terlalu banyak terhadap tangan kananmu. Bagaimana saya tidak menyadarinya?

"... Saya benar-benar tidak menyangka kamu dapat mengetahuinya. Akashi-kun menyadarinya karena dia melihat saya melepaskan perban saya."

Ngomong-ngomong, pergelangan tangan kanan Kuroko terkilir ketika pendidikan jasmani. Dia pikir itu bukan masalah yang besar, dan dia berencana untuk mengikuti latihan, tetapi tak disangka di ketahui oleh Akashi.

Dengan demikian, agar luka kuroko tidak memburuk, Akashi membiarkan dia mengamati di samping. Dalam waktu yang sama, dia menyadari bahwa dengan sikap Kuroko itu, dia tidak mungkin tidak bermain, itu sebabnya dia menyuruh Momoi untuk pulang kerumah dan menekankan "Jangan biarkan dia berkeliaran."

Setelah mengerti apa tujuan Akashi, Momoi mempunyai alasan untuk melarang Kuroko bermain. Jika dia bertanding sekarang dan lukanya semakin buruk, yang telah direncanakan Akashi akan sangat sia-sia.

"Tetsu-kun.."

Momoi memanggilnya, tetapi kuroko hanya menatapinya dan berkata:

"Saya minta maaf, Momoi-san... saya benar-benar merasa dia terlalu kurang ajar. Dia menganggap Momoi sebagai hadiah. Saya tidak bisa tinggal diam melihat teman saya di gangguin."

Untuk meyakinkan Momoi, dia berkata sambil tertawa:

"Saya pasti tidak akan kalah!"

Dengan sikapnya yang gentle dan hangat, tetapi dia mempunyai sikap teguh akan keyakinannya.

....Karena dia telah berkata seperti itu, Momoi tidak dapat berkata apa-apa.

Momoi memilih untuk percaya pada Kuroko, dan mengangguk.

Kesempatan untuk menang tidak boleh di sia-siakan. Momoi berkata dalam hati. Namun, ketika mereka berdua yang berdiri di lapangan, ini tentu saja bahwa kemenangan sangatlah kecil

Berdiri di hadapan mereka bertiga, yang berasal dari 5 anak SMA tersebut.

"Hey! Bukankah 3 lawan 3!?"

"Apa? Siapa yang berkata seperti itu?"

Mendengar pertanyaan Momoi, si rambut panjang itu mejawabnya dengan ekspresi yang menjijikan.

Di saat ini juga, Momoi menyadarinya.

Mereka bukanlah hanya ingin menang, tetapi mereka ingin bermain-bermain ketika bertanding.

"Baiklah, mari mulai."

Laki-laki yang rambutnya di cat itu ketawa terbahak-bahak. Bukan hanya dia, tetapi 5 orang tersebut berekspresi mengejek.

Laki-laki yang rambutnya di cat itu mengambil bola di tangannya dan mementalkannya.

"Baiklah, siapa yang akan Tip-off? Dilihat dari sisi ketinggian, seharusnya kamu kan sayangku yang manis, huh?"

Dia tersenyum pada Momoi. Dia melihat Momoi sambil memental bola tersebut. Namun-

"Idiot! bagaimana bisa Satsuki melakukan hal seperti ini."

Dari samping, seseorang menculik bolanya.

"Kamu!?"

Si rambut yang di cat itu melihat sekeliling dengan terkejut.

Dari arah matahari tenggelam itu, laki-laki yang memutar bola dengan ujung jarinya adalah

"Aomine-kun?!"

Momoi berteriak terkejut dan lega.

"Kamu adalah laki-laki tadi!"

Si rambut panjang itu menunjuk Aomine.

"Bagaimana bisa....."

Si tindikkan itu melihat sekitar dengan takut. Namun, si raksasa yang menindih kepalanya itu, Murasakibara, tidak ada. Tetapi, ada seorang laki-laki yang tampan yang memakai satu anting-anting di salah satu telinganya yang terlihat sangat elit berdiri di belakang Aomine.

Aomine berkata pada Si rambut yang di cat itu:

"Kalian sepertinya memainkan sesuatu yang menarik. Biarkan kami ikut. Kami bertiga akan ikut bermain. Saya, this single earing guy (Lebih keren klu pakek b.eng LOL,  artinya si laki-laki yang memakai 1 anting-anting) dan Sinister four-eyes. (Si empat mata yang menyeramkan.)"

Siapa yang kamu panggil "Sinister Four-eyes!"

Midorima berkata dengan sangat marah.

"Aominecchi, apakah itu kesan kamu terhadap kita...."

Kise memukul bahu Aomine.

Aomine melihat Si rambut yang di cat itu dengan mengerikan.

"Kami hanya mempunyai beberapa orang disini, tetapi kami tidak akan membiarkan kalian mempunyai kesempatan. Kamu berani mengganggu pasangan saya, saya akan membalas kebaikkan ini kepada Anda!"

"Pft, hahahahahahaha! Anak SMP sekarang bener-bener bermulut besar! Baiklah! Saya ingin melihat keahlian kalian."

Si rambut yang di cat itu tertawa tanpa henti.

"Kalau begitu, setuju."

Setelah Aomine berkata seperti itu, pemain di lapangan pun di ganti.

"Baiklah, Tetsu, kamu juga pergi ke samping dan menonton."

Aomine mendesak sambil melihat Kuroko, yang enggan untuk pergi.

"...Aomine-kun, saya juga ingin ikut. Boleh?"

"Tidak boleh!"

Aomine menjawab dengan cepat.

"Kamu... Apakah kamu tahu kenapa saya datang kesini?"

"... Kamu datang kesini untuk menjemput Momoi-san kan?"

"Tentu saja tidak. Saya datang kesini karena khawatir padamu."

"Aku?"

Kuroko melihat Aomine, dengan kebingungan. Aomine melanjutkan.

"Kamu... Walaupun akashi menyuruhmu untuk tidak bermain, kamu pastinya tidak bisa tidak bermain, itu sebabnya saya menebak bahwa kamu pasti berada disini. Saya tidak menyangka kamu berencana untuk bertanding dengan mereka."

"Saya minta maaf..."

"Apa gunaya "Maaf" itu? Karena tidak dapat bertanding dengan mereka? atau karena kamu tau kamu terluka, tetapi masih ingin bermain?"

"...Kalau saya bilang yang pertama, akankah kamu marah?"

"Saya akan membunuhmu!!"

"...Maka yang terakhir.."

"Anak baik."

"Tetapi saya masih ingin bertanding."

"Kamu... Apakah kamu tidak dengar apa yang baru saja saya katakan?"

Aomine dengan tidak sabar menyentil dahi Kuroko, tetapi Kuroko mengangguk dan berkata:

"Tentu saja saya dengar. Itu sebabnya saya tidak akan menggunakan tangan kanan saya. Saya akan menggunakan tangan kiri saya untuk melawan mereka. Kalau kalian semua disini, tangan kiri saya sudah cukup."

Mendengar ucapan Kuroko, Aomine tidak bisa apa-apa tetapi hanya dapat tersenyum dari dalam hatinya yang terdalam.

"Baiklah, maka mari bertanding dengan mereka."

"Mn."

Kuroko mengulurkan kepalan tangan kirinya, dan dengan gentle membenturkan kepalan tangan kanan Aomine.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar